“ Maaf bunda.. jono belum bisa jenguk bunda, jono sibuk nih
bunda, mungkin lebaran aja nanti jono pulang, yang pentingkan sekarang bunda
dah nggak di rumah sakit lagi, lagian juga di rumah kan ada Ayah yang rawat
bunda “.
Itulah sepenggal pembicaraan telephone jono dengan bundanya
di seluler tablet merek samsung yg baru dia miliki dengan cara kredit, walaupun
sebenarnya dia tidak begitu yakin bahwa dia dapat menyelesaikan angsurannya,
tapi demi gengsi pada temen –temannya dan sang pujaan hatinya walaupun kadang
harus puasa senin kemis demi mengencangkan ikat pinggang.
Memang sungguh ironis dan menyedihkan, bahkan sangat
memperihatinkan, karena kasus seperti jono diatas bukan hanya terjadi pada
seorang jono semata tapi masih sangat banyak orang-orang yang semisal jono yang
lupa bahwa darah yang mengalir dan daging yg tumbuh pada dirinya adalah jerih
payah kedua orang tuanya.
Betapa sangat pandainya kita merangkai cerita dan membuat
alasan demi melegalkan tindakan kita yang telah melalaikan kedua orang tua
kita, dan itu kita anggap sesuatu yang wajar seperti sebuah alasan di bawah ini
:
“ Maaf aku sibuk sekali mencari nafkah untuk keluargaku, aku
nggak ada waktu “
Wahai saudaraku,
boleh aku bertanya ?
1. Berapa
jam dalam sehari kamu,dan keluarga kamu menonton televisi ? yg ironis kalian
menangis ketika melihat drama orang tua yg terlantar, tapi nya di ujung sana
orang tua kalian menagis dalam kesepian dan kesendiriannya.
2. Berapa
lama waktu yang kau gunakan untuk kumpul bersama teman-teman kamu,untuk sekedar
ngobrol dan bersenda gurau ? disana mereka hanya bertemankan kenangan senda
gurau dan obrolan kalian di waktu sore ketikan kalian masih kecil.
3. Berapa
lama waktu yang kau gunakan untuk melamunkan wanita pujaan hatimu yg sudah
menjadi istri orang ?, disana mereka mengisi hari-hari dengan lamunan, harapan
dan angan yang tidak pernah kalian wujudkan.
4. Berapa
lama waktu yang yang kau gunakan untuk di jejaring sosial hanya demi agar tidak
disebut orang gatek, atau agar disebut orang yg axis di dunia maya, tidak
ingatkan kalian saudaraku, ibumu menghabiskan waktunya hanya untukmu dari sejak
kau dalam rahim hingga ajal menjemputnya.
5. Berapa
lama waktu yang kau gunakan bersama asap rokok yang perlahan-lahan
membinasakanmu, disana mereka slalu mengkhawatirkanmu dan tidak pernah rela
segores tubuhmu terlukai.
6. Berapa
lama waktu yang kau gunakan hanya untuk browsing situs-situs porno, disana ada
doa dan harap yang slalu termunajat agar engkau slalu dalam kemuliaan dan kehormatan
hidup.
Wahai saudaraku dimanakah hatimu ? .........
Tak bisakah kau tinggal kan beberapa hal tidak berguna
diatas lalu kau ganti untuk memperhatikan mereka ? ...........
Tak bisakah kau tinggal kan semua hal tak berguna diatas
lalu kau berkhidmat mengurus kedua orang tuamu ? ..............
Jika kau slalu beralasan tidak ada waktu, maka seumur
hidupmu kamu tidak akan punya waktu ! ...........
Wahai saudaraku apakah kamu akan menunggu hari itu
datang,hari dimana kau begitu sangat merindukan bertemu dengan mereka walau
satu kejapan mata ? ............
Apakah kamu tidak
pernah berpikir bahwa kamu akan tua dan mengalami hari-hari yang sekarang di
alami oleh kedua orang tua kita ? ...............
Secara lahiriyah mereka hidup,tapi sesungguhnya mereka telah
mati,tidak jauh berbeda dengan makam di pekuburan yang hanya di jiarahi pada
hari raya,hari hari mereka habiskan dengan kesendirian dan kesepian, dimanakah
hati kita ? ..............
dimanakah nalar kita
? ...................
Wahai saudaraku tak kuasa diri ini melanjukan menuliskan
lasan-alasan yang lainnya ! ...............
Smoga sepenggal tulisan ini menyadarkan kita dari ke hilapan
kita pada kedua orang tua kita, dan melepaskan kita dari label anak yang tak
tau diri, amin.
Ari Syafano Rimbaku / Ibnu Adhi Al- Jawi, 19 Desember 2012.
Diposting ulang, 28 Mei 2013.