Senin, 27 Mei 2013

“ Apakah Kita Seperti Jono ?.. “



“ Maaf bunda.. jono belum bisa jenguk bunda, jono sibuk nih bunda, mungkin lebaran aja nanti jono pulang, yang pentingkan sekarang bunda dah nggak di rumah sakit lagi, lagian juga di rumah kan ada Ayah yang rawat bunda “.



Itulah sepenggal pembicaraan telephone jono dengan bundanya di seluler tablet merek samsung yg baru dia miliki dengan cara kredit, walaupun sebenarnya dia tidak begitu yakin bahwa dia dapat menyelesaikan angsurannya, tapi demi gengsi pada temen –temannya dan sang pujaan hatinya walaupun kadang harus puasa senin kemis demi mengencangkan ikat pinggang.



Memang sungguh ironis dan menyedihkan, bahkan sangat memperihatinkan, karena kasus seperti jono diatas bukan hanya terjadi pada seorang jono semata tapi masih sangat banyak orang-orang yang semisal jono yang lupa bahwa darah yang mengalir dan daging yg tumbuh pada dirinya adalah jerih payah kedua orang tuanya.



Betapa sangat pandainya kita merangkai cerita dan membuat alasan demi melegalkan tindakan kita yang telah melalaikan kedua orang tua kita, dan itu kita anggap sesuatu yang wajar seperti sebuah alasan di bawah ini :



“ Maaf aku sibuk sekali mencari nafkah untuk keluargaku, aku nggak ada waktu “



Wahai saudaraku,  boleh aku bertanya ?



1.            Berapa jam dalam sehari kamu,dan keluarga kamu menonton televisi ? yg ironis kalian menangis ketika melihat drama orang tua yg terlantar, tapi nya di ujung sana orang tua kalian menagis dalam kesepian dan kesendiriannya.

2.            Berapa lama waktu yang kau gunakan untuk kumpul bersama teman-teman kamu,untuk sekedar ngobrol dan bersenda gurau ? disana mereka hanya bertemankan kenangan senda gurau dan obrolan kalian di waktu sore ketikan kalian masih kecil.

3.            Berapa lama waktu yang kau gunakan untuk melamunkan wanita pujaan hatimu yg sudah menjadi istri orang ?, disana mereka mengisi hari-hari dengan lamunan, harapan dan angan yang tidak pernah kalian wujudkan.

4.            Berapa lama waktu yang yang kau gunakan untuk di jejaring sosial hanya demi agar tidak disebut orang gatek, atau agar disebut orang yg axis di dunia maya, tidak ingatkan kalian saudaraku, ibumu menghabiskan waktunya hanya untukmu dari sejak kau dalam rahim hingga ajal menjemputnya.

5.            Berapa lama waktu yang kau gunakan bersama asap rokok yang perlahan-lahan membinasakanmu, disana mereka slalu mengkhawatirkanmu dan tidak pernah rela segores tubuhmu terlukai.

6.            Berapa lama waktu yang kau gunakan hanya untuk browsing situs-situs porno, disana ada doa dan harap yang slalu termunajat agar engkau slalu dalam kemuliaan dan kehormatan hidup.





Wahai saudaraku dimanakah hatimu ? .........



Tak bisakah kau tinggal kan beberapa hal tidak berguna diatas lalu kau ganti untuk memperhatikan mereka ? ...........



Tak bisakah kau tinggal kan semua hal tak berguna diatas lalu kau berkhidmat mengurus kedua orang tuamu ? ..............



Jika kau slalu beralasan tidak ada waktu, maka seumur hidupmu kamu tidak akan punya waktu ! ...........



Wahai saudaraku apakah kamu akan menunggu hari itu datang,hari dimana kau begitu sangat merindukan bertemu dengan mereka walau satu kejapan mata ? ............



Apakah kamu tidak pernah berpikir bahwa kamu akan tua dan mengalami hari-hari yang sekarang di alami oleh kedua orang tua kita ? ...............



Secara lahiriyah mereka hidup,tapi sesungguhnya mereka telah mati,tidak jauh berbeda dengan makam di pekuburan yang hanya di jiarahi pada hari raya,hari hari mereka habiskan dengan kesendirian dan kesepian, dimanakah hati kita ? ..............

dimanakah nalar kita ? ...................



Wahai saudaraku tak kuasa diri ini melanjukan menuliskan lasan-alasan yang lainnya ! ...............



Smoga sepenggal tulisan ini menyadarkan kita dari ke hilapan kita pada kedua orang tua kita, dan melepaskan kita dari label anak yang tak tau diri, amin.



Ari Syafano Rimbaku / Ibnu Adhi Al- Jawi, 19 Desember 2012.

Diposting ulang, 28 Mei 2013.

3 komentar:

  1. Masya Allah... Astaghfirullah..... benar-benar menggetarkan hati membaca tiap bait kebenaran ini... mngkin saya tanpa sadar sedang menjadi sosok jono. terimakasih telah mengingatkan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama ukhty,
      smoga kita menjadi anak-anak yg mengerti dan memahami kedua orang tua, yang mereka tampakan ataupun yang mereka sembunyikan.
      dan smoga kita menjadi anak-anak yang berbakti ada atau tiada mereka disisi kita, aamiin.

      Hapus