Seorang wanita paruh baya berjalan cepat setengah berlari memasuki rumah itu, isak tangisnya semakin menjadi ketika ia memasuki sebuah kamar, sebuah kamar yg disana terbujur seorang nenek tua, yg tertidur pulas dengan wajah pucat pasi, tertidur pulas setelah dua hari mengalami pendarahan hebat, sedang disampingnya tampak seorang anak muda yg sedang membaca Al-quran dengan suara penuh kesedihan dengan sorot matanya tidak pernah berpaling dari memandang wanita tua yg terbujur itu, dari matanya sangat tampak ia begitu berusaha untuk tegar.
“ Bunda, bunda “ , panggil wanita paruh baya itu pada teliga nenek yg terbujur itu.
“ Bunda, bunda harus kuat, bertahanlah bunda, apa bunda tidak ingin melihat Wawan menikah dengan gadis pilhannya ?, bunda bangun bunda,lihat bunda Wawan sedang mengaji untuk bunda,bukankah dulu bunda sangat suka dengan suara Wawan saat mengaji “, Suara tangis wanita paruh baya itupun semakin jadi ketika tidak ada reaksi dari tubuh nenek tua itu, tersungkur wajahnya disamping nenek tua itu, Sesaat suasana menjadi hening, bacaan Al quran dari anak muda itu tidak terdengar, anak muda itu seperti mematung menatap wajah bundanya,airmatanya mengalir dengan begitu derasnya, Anak muda menepuk bahu wanita paruh baya itu, dengan suara terbata dia berucap, “ kak Bunda menangis , lihat air mata bunda kak “, suara tangis semakin menggema dari dua orang kakak beradik, yang akan membuat siapa saja terenyuh menyaksikannya, setengah hari setelah kejadian itu nenek tua itupun menghembuskan nafas terakhirnya.
Wahai saudaraku sekalian tidak kah kita mengambil pelajaran yg sangat berharga dari peristiwa ini, bagai mana kasih seorang ibu yg tidak pernah terhenti menyayangi,mengkhawatirkan, dan slalu ingin melihat kebahagiaan dari anaknya, sampai ketika ajal menjemputnya, masih saja ada air mata kasih sayang yg menetes dari kedua matanya yg mulia, kasih ibu tidak kan pernah putus saudaraku sampai ajal menjemputnya.
Wahai saudaraku yg masih memiliki orang tua yg berada di sisi kalian, bahagiakanlah mereka dengan sempurna,sepertihalnya mereka telah menyempurnakan kasih sayang mereka hinggal ajal menjemput, ingatlah satu hal, kelak kita akan seperti mereka, apa yg kalian lakukan hari ini pada orang tua kalian, seperti itulah hari esok kalian.
Jakarta, 16 Januari 2013,
Ari Syafano Rimbaku / Ibnu Adhi Al-Jawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar